Kamis, 05 Februari 2009

KANG JANAKA DI MATA PUDJI BALISTIKA

Berpenampilan menarik, murah senyum serta ramah itulah ciri khas senior kita Kang Janaka alumni SMPN 2 Bandung dan SMAN 2 Bandung. Pudji ingin menceritakan kepada teman-teman alumni SMPN 2 dan SMAN 2 untuk bisa mendapat manfaat dari seorang senior seperti Kang Janaka.
Pudji sebetulnya tidak begitu mengenal tokoh ini secara dekat, maklum lah Kang Janaka itu senior yang sudah sepuh alias kolots. Keluaran SMAN 2 ’68. Tapi berhubung waktu itu SMAN 2 Bandung mau bikin reuni akbar dan ketua tiap angkatan diundang rapat di sekretariat IKA SMAN 2 Bandung – jl. Cihampelas 173 – Pudji datang bersama para ketua angkatan lainnya dan kami berkenalan sama senior-junior termasuk kenalan juga sama Kang Janaka.
Rapat dimulai , saling berbagi pengalaman masing-masing. Ujung-ujungnya di akhir rapat Pudji ditunjuk sebagai seksi konsumsi untuk acara reuni akbar SMAN 2 tahun 2005. Alasan beliau menunjuk Pudji karena pengalaman Pudji di bidang makanan. Rapat demi rapat dilalui dan persiapan reuni akbar pun dipersiapkan dengan cara beliau yang sangat sederhana tapi mudah dimengerti. Reuni akbar pun digelar. Hasilnya cukup menggembirakan.
Pada kesempatan lain SMPN 2 Bandung mengadakan tepangsono 67-76 tahun 2007. Seperti biasa Pudji masuk ke jajaran panitia. Persiapan dan pelaksanaan acara tersebut di BP-Bumi Sangkuriang. Beliau pun hadir. Acara meriah dan sukses. Pudji bertemu dengan Kang Janaka dan beliau bercerita kepada Pudji bahwa di bulan Oktober 2007 SMAN 2 pun akan ada reuni akbar lagi. Beliau bilang “bantu akang yah..” Pudji jawab “siap kang!!!”
Seperginya Kang Janaka penulis berpikir... reuni akbar??? Persiapan tepangsono aja butuh waktu delapan bulan.. kok reuni akbar Kang Janaka itu tinggal 3 bulan lagi... mana mungkin.. sekarang pun baru ngajak-ngajak. Di benak Pudji mungkin ada keajaiban lampu aladin, malin kundang ataw apalah nggak tau. Undangan datang ke rumah lengkap dengan data-data yang dibutuhkan. Rapatnya bulan puasa. Pudji tidak hadir sampai hari raya karena takut batal puasa :D
Ketemu setelah hari raya persiapan sudah lebih matang. Seperti biasa Pudji sebagai ketua angkatan ‘80 bersama teman-teman ’80 lainnya seperti Erry, Rani, Dolly, Ella, Sendy, Arief Sudjono, Budi Ruliandy, Selly, menyusun acara serta bazaar tiap-tiap angkatan. Kang Janaka seperti biasa dengan gayanya yang kalem tanpa banyak bicara, reuni akbar SMAN 2 Bandung ini adalah reuni paling bergengsi se-Indonesia karena dahulunya tempat kumpul seluruh anak bangsa sekolahnya rata-rata di Bandung.
Reuni pun digelar. Hasilnya sangat menakjubkan. Mulai dari angkatan 1950-2006 itu datang ke jl. Cihampelas 173, gedung bersejarah bagi murid-murid SMAN 2 Bandung. Bayangkan di jalan yang sempit dan macetnya pun sampai ke jl. Dago sekitar RS Borromeus, tak kurang dr 4.000 (empat ribu) undangan hadir di acara yang berlangsung selama dua hari.
Hari pertama dibuka oleh ketua IKA SMAN 2 Bandung yang tak lain dan tak bukan adalah gegedug Bandung dan mantan orang berpengaruh di Indonesia yaitu bapak Agum Gumelar. Beliau a-go-go di lapang basket dan lapang voli, oray-orayan dengan diiringi band Wachdach pimpinan Erlan Efendi dan disco Prea-Ex pimpinan Bebeh (disco paling bergengsi di angkatannya... ‘80s banget).
Hadir juga di reuni ini keluarga besar Arifin Panigoro serta dedengkot musik di kota Bandung dan di Indonesia, Sam bimbo dan kang Aah Ahmed bersama kang Toni Apriani, tidak ketinggalan teteh-tetehnya.. teh Sri, teh Erna (istri kang janaka), teh Chandra ketua panitia reuni akbar alias dokter gigi nu geulis tea. Sampai angkatan 2006 bergabung bersama musisi2 ex-SMAN 2 Bandung sambil dimeriahkan oleh sekitar 300-an stand bazaar sehingga reuni paling akbar itu berjalan dengan sempurna sampai jam 2 pagi. Besoknya mulai jam 08.00 acara dilanjutkan kembali sampai jam 16.00. Generasi tua dan muda dari 50 angkatan bergabung dengan setia sampai acara selesai.
Kang Janaka bersama teman-teman telah berhasil mempersatukan alumni SMAN 2 Bandung dengan baik. Bayangkan angkatan ‘50 dengan bangganya bisa menampilkan kesenian jadul, padahal penulis masih ada di surga saat itu – belum lahir –. Terlepas dari kekurangan seorang Kang Janaka, Pudji menyatakan rasa bangga, salut, dan semuanya.. mempunyai seorang senior yang telah berbakti kepada SMAN 2 bandung dan Kang Janaka cs. telah membuktikan dengan membangun mesjid SMAN 2 bandung, mengubah foodcourt serta kamar mandi yang tadinya kumuh jadi seperti di hotel, dan sebuah membangun gedung sekolah yang terletak di Lembang.
Kang Janaka cs. perlu kita contoh. Pudji melihat kesederhanaannya dalam memimpin, dan nasehatnya yang mudah dicerna. Pada kesempatan lain beliau mengajak Pudji menjadi anggota milis SMAN 2 Bandung, padahal penulis gatek beratttt. Tapi dengan gaya beliau yang ngajak, Pudji bersedia dan Pudji suka bergurau sama beliau ..kalau tidak ketemu satu bulan saja seperti dua ratus tahun tidak bertemu Kang Janaka. Dan beliau juga bercerita dengan gaya yang sama dan senyumnya yang khas, didampingi oleh istri tercinta Teh Erna yang setia mendampingi Kang Janaka.
Kang Janaka pun bercerita beliau sama teman-teman SMP 2 dan SMA 2 rutin mengadakan pertemuan dan sebagai tuan rumahnya bergantian. Pudji bilang hebat.. selamat Kang Janaka, mudah-mudahan teman-teman yang lain atau kita sebagai junior bisa mencontoh gaya dan cara Kang Janaka mempersatukan teman-teman SMPN 2 Bandung dan SMAN 2 Bandung. Cerita ini dibuat oleh Pudji tanpa minta pendapat dulu sama beliau. Maaf bila ada kata-kata yang menyinggung dan tidak berkenan.
PUDJI BALISTIKA Alumni SMPN 2 Bandung, Ketua Angkatan ‘76 Alumni SMAN 2 Bandung, Ketua Angkatan ‘80

Selasa, 03 Februari 2009

SI PUDJI JADI SUPIR ANGKOT

Tahun ’89 tahun yang membingungkan karena pada tahun ’88 dengan kebijaksanaan pemerintah di bulan november (kebijakan sumarlin) kebetulan kegiatan usaha saya adalah supplier dan pengadaan serta kontraktor. Dimana semua harga pada naik, alhasil perusahaan kami bangkrut dan ambruk. Sambil berpikir dan merenung saya berkunjung ke rumah saudara yang mempunyai armada angkot jumlahnya sekitar 25 armada.
Semenjak itu saya setiap hari berkunjung k rumah beliau serta bertanya-tanya dan belajar melihat kehidupan dan cara mengoperasikan angkot. Kelihatannya asik juga, mereka pergi pagi hari dan datang malam hari dan pulang membawa hasil.
Ketika itu ayahku baru saja pensiun dari PT. Pos Indonesia dan pada satu kesempatan saya ngobrol sama adik saya, ternyata ada respon positif karena adik saya juga berpikir ke arah yang sama.
Kita sepakat berdua mau ngobrol ke ayah di suasana yang santai sambil minum kopi dan makan pisang goreng saya mencoba mengungkapkan isi hati saya dan adik. Beliau hanya mengangguk-angguk. Tapi dasar saya merayu tiap hari tanpa putus asa dan pantang menyerah, alhasil sebidang tanah di Jatinangor aku gadaikan ke Bank Swaguna.... bank terbaik di dunia (menurut saya saat itu).
Kata sepakat dengan bank terjadi. Bank mengucurkan modal sebesar 25 juta rupiah dan kami membeli 5 armada jurusan Cicaheum – Kebon Kalapa. Adapun pembagian tugas saya dan adik saya sebagai berikut: Tomi: montir, koordinator supir, pemeliharaan teknik karena dia lulusan Itenas. Pudji: bank, dealer mobil, polisi, karena dianggap bisa merayu dan bohong dan ngajago ka polisi (jago ngawadul tea)
Ternyata di dalam perjalanan jadi pengusaha angkot itu luar biasa. Waktu 24 jam terasa kurang, kalau dirasa perlu ada waktu 36 jam. Hidup di kota bandung dan hiruk pikuk jalan yang padatnya luar biasa.. saya tidak menyangka kalau uang seratus rupiah sangat berharga. Karena gara-gara 100 itu di terminal bisa menjadi mayat dan pulang tinggal nama.
Yah nasi sudah menjadi bubur. Jadi kalau mau berhenti harus mengembalikan modal ke bank, tapi kalau tidak ya harus dijalankan dengan baik. Kadung edan.. di dalam perjalanan ternyata ada respon positif dari ayahanda. Beliau menanam modal 50jt. Kami senang bercampur bangga jeung rada sieun tapi kumaha engke lah....
Beliau bertanya kapan modal itu akan kembali, aku jawab seadanya “pak, kl uang 75 jt itu tdk dipakai usaha +/- satu tahun atau 12 bulan akan habis untuk dipakai makan dll. Tapi kl dengan uang 75 juta itu dibelikan angkot, sama-sama habis uangnya.. tapi waktunya bisa 3 tahun ataw 36 bulan.” Beliau sangat kaget dan heran krn bukan itu yang ada di dalam bayangan beliau. Beliau tidak menjawab ya atau tidak. Pergi begitu saja sambil tersenyum. Saya berpikir, beliau itu mungkin bertanya “yang gila sebenarnya siapa, saya atau anak saya”.
Di dalam perjalanan menjalankan kegiatan angkot ini ada aja supir yg absen atau tdk hadir dgn berbagai alasan. Saya mencoba.. apa sih enaknya jadi supir angkot tuh? Maka saya memutuskan untuk menjadi supir angkot dan jalan waktu malam sampai pagi hari (18.00 – 06.00). Alhamdulillah hari pertama tidak dapat penumpang. Hanya melihat-lihat medan dan pulang nihil. Hari berikutnya saya dapat uang Rp 5.000,-. Sedangkan untuk setor ke Tomy itu harus 15 ribu jadi saya nganjuk 10 ribu. Hari ke 3 saya bingung. Jam 1 malem belum dapet penumpang alias belum dapat uang. Aku jalan tanpa arah. Di dalam perjalanan melihat sebuah angkot butut (doyok – istilah supir angkot untuk angkot tua dan mogokan) mogok, dan saya coba untuk berhenti. Supirnya minta tolong supaya penumpangnya bisa dialihkan ke angkot saya. Adapun kompensasinya hasil angkot dibagi dua. Aku setuju dan semua penumpangnya pindah ke angkot aku. Bahagia bercampur senang mendapat penumpang penuh.
Jam 3 pagi aku mendapat rombongan penumpang yang pulang dari pasar sehingga aku bisa setor ke Tommy dan melunasi hutangku yang kemarin. Sisa uangku Rp 2.000,- cukup untuk pijat da awakna asa rengkod.
Pengalaman indah ini jadi pengalaman berharga. Jadi kalau saat sepi aku putar-putar kota bandung dan cari mangsa, kali-kali aja ada mobil doyok yang penuh tapi mogok jadi hasilnya bisa dibagi dua. Yang namanya mobil tua addaaaaaaaaaaa aja godaannya. Kalo gak abis bensin, ban bocor, mesin ngadat dan sarupaning panyakit mobil heubeul lainnya, saya selalu menguntit mangsa dari belakang mobil tua. Jadi dengan cara itulah saya mempunyai pengalaman mencari penumpang.
Waktu sudah tidak terasa lagi. Tiga tahun sudah di depan mata. Mobil-mobil yang ada saya overkreditkan kepada supir-supir pegangannya karena realita di kehidupan angkot itu sangat keras dan tidak bersahabat dengan dunia nyata. Tapi hasil semua itu pengalaman yang tidak mungkin aku dapatkan di sekolah.
Pada saat jatuh tempo, modal 75 juta dari orang tua itu tidak hilang semua. Masih bisa diambil tunai 25 juta utuk dikembalikan ke bank Swaguna. Jadi dgn uang 50 juta keluarga saya bisa hidup selama 3 tahun.
Ayahku kagum bercampur heran karena hidup berwiraswasta itu memerlukan pengorbanan yang sangat dalam dan pantang menyerah. Maka rizki dari Allah itu selalu ada. Yang sangat indah dalam kehidupan saya.. make angkot itu bangga. Saya latihan bridge di hotel-hotel bintang 5 selalu dikejar-kejar satpam atau pengelola hotel karena ada angkot ijo nyelonong ke hotel Homan, Panghegar, Preanger, Bumi Sangkuriang, Hyatt, Tizi’s, Hetty Salon. Tapi mereka langsung ketawa begitu supirnya saya. Itulah pengalaman saya jadi supir angkot.

Jumat, 30 Januari 2009

LALAKON SI PUDJI DADAGANGAN MAKE NGARAN ANAKNA

Sekolah di SD St. Agustinus Jl. A. Yani, setiap hari jumat kegiatan sekolah adalah belajar bahasa Belanda dan bahasa Jerman. Untuk itu semua murid diberi susu murni, bubur kacang hijau, dan telur untuk meng-upgrade kemampuannya. St. Agustinus adalah SD kebanggaan kota Bandung, sekolah yang berkualitas dan menanamkan disiplin yang baik. Pudji menceritakan ini karena orang tua Pudji memasukkan ke sekolah tersebut agar kelak menjadi orang yang baik dan berguna. Semua dilanggar total oleh Pudji karena Pudji penulis senang berdagang. Pudji berteman dengan tukang dagang yang ada di sekolah. Adapun jualannya si Pudji mah kelereng hasil main, karet gelang, gambar, es, dll. Hasil jualan ini digunakan untuk membujuk teman2 yang pintar agar memberi contekan pada saat ulangan, begitu istirahat Pudji traktir jajan. Selama enam tahun menjabat sebagai KM (ketua murid) Pudji punya kenangan yang indah. Tidak ada sedikitpun di benak Pudji atau cita-cita Pudji menjadi pedagang walaupun sejak umur enam tahun otak dagangnya sudah ada. Pokona keukeuh hayang dagang. Orang tua yang selalu diwakili oleh ibu (alm.) karena beliau dengan sabar melihat kenyataan yang ada dan tetap bangga karena itu sudah usaha maksimal dari anaknya yang bebal tea. Pudji selalu naik percobaan dan selalu dapat teguran dari wali kelas, dan rapornya selalu dibagikan terakhir (catatan di rapor: rajin-rajinlah belajar supaya mendapat nilai yang baik). Masuk SMPN 2 Bandung bencana dan musibah datang jiga tsunami!!! Jualan ditambah dengan sepatu, kaos olahraga, raket bulu tangkis, dll. Kebiasaan dagang yang selalu dibawa harus dibayar mahal dengan tidak naik kelas alias ngendoggg... dari 57 murid hanya Pudji yang tidak naik kelas alias pangbodona sakelas. Dan sejarah baru di keanggotaan pramuka SMPN 2 dimana ada anggotanya yang tidak naik kelas, sampai-sampai Ibu Sartika (pembina pramuka saat itu) menangis melihat kegagalan anak yang dibanggakannya. Masa belajar di SMAN2 Bandung agak lebih panjang tahun karena peristiwa ’78... kali ini bukan karena tidak naik looh. Sudah meningkat dari cara dagang kecil-kecilan menjadi ikut pengadaan dan mulai jadi supplier di beberapa kantor pemerintah. SEKOLAH NOMOR DUA DAGANG NOMOR SATU, sudah jadi tekad Pudji. Cita-cita orang tua gagal total karena mereka tidak mengetahui Pudji dagang. Perguruan tinggi Pudji tinggalkan – bari jeung diudag-udag dosen pembimbing untuk tugas akhir – tapi angger we dagang tidak jera dan kuliah oge tetep tidak selesai. Pada suatu saat Pudji melihat orang berjualan di sepanjang jalan Surapati dan jalan Dipenogoro. Pudji punya ide untuk jualan sate maranggi dan gule lalu mulai membeli peralatan dan belanja ke pasar Ciroyom, pasar Andir, pasar Suci, Cicadas, dll. Semua dikerjakan sendiri dengan dibantu teman.. belanja tengah malam di saat batur mah keur ngeunah molor di imah. Daek kikieuan teh pedah manehna hobina dahar. Waktu kecil sampai SMA sekali makan siang saja mampu menghabiskan 30 tusuk sate kambing, 1 mangkok gule kambing, dan 2 porsi nasi jeung 10 kurupuk aci nu make formalin tea ...... RW06 saudara-saudaraaaaaaaaaaaaaa... Dengan modal nekad jeung kawani Pudji mengadu nasib dengan berjualan dan bergabung dengan sesama pedagang yang ada di gasibu. Pudji melihat dulu keadaan sebelum terjun ke medan perang. Pedagang pada umumnya berdatangan ke lokasi sejak pukul 02.00 dini hari. Pudji bangun pukul satu malam bersama tim manajemen sate maranggi mempersiapkan yang akan dijual untuk berdagang. Tepat pada pukul 04.00 tiba di lokasi dan memasang tenda serta spanduk yang bertulisan SATE MARANGGI CEP ZIDANE, sebuah nama yang tidak lain adalah nama anak sulung Pudji Balistika. Dalam hati Pudji bersyukur kepada Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa, betapa tidak... +/- 15.000 (lima belas ribu) pedagang bertaruh mengadu nasib di pasar tumpah yang komunitasnya orang-orang yang lari pagi dan jogging. Tapi Allah mengatur semua itu dengan rapi dan benar. Seluas hamparan itu tidak ada manajemen resmi yang mengaturnya. Tetapi mereka tersusun dengan rapi dan berkat kekuasaan Allah umatnya itu berjualan dan bekerja seadanya tapi geuning rame pisan euy pengunjungnya. Yang paling berkesan adalah Pudji berkenalan dengan tukang surabi, tukang sate gendong, kupat tahu, lontong kari, bubur ayam, ayam goreng, soto madura, tukang sepatu, bantal, sendal, handphone, jual beli motor, cakue, dll. Pengunjung mulai berdatangan dan memilih apa saja yang ada di lokasi termasuk melahap sate dan gule yang kami sajikan. Kami sibuk melayani rombongan yang datang di tempat kami. Tidak terasa karena hiruk pikuk pengunjung waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 dan pengunjung berangsur-angsur meninggalkan tempat kami berjualan. Kami bersama pedagang lainnya dan tukang parkir juga tukang sapu membersihkan jalan dengan rapi. Bersama manajemen Cep Zidane sudah siap untuk pulang ke rumah atau ke kantor pusat. Peralatan yang tadi dipakai kami bersihkan, manajemen cep zidane menghitung modal serta keuntungan yang kami kerjakan sejak pukul satu malam hingga selesai beberes dan berhitung pukul 16.00 sore hari. Hasil perhitungan kami dengan modal awal Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), pendapatan kami hari itu Rp 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Barang-barang yang tidak terjual kalau dinilai dengan uang +/- Rp 600.000,-. Gaji karyawan zidan sekitar Rp 150.000,- belum termasuk sewa mobil dan bensin jadi keuntungan kira-kira Rp 200.000,- saja!!!! Terima kasih ya Allah berkat kerja seharian semua cape tunduh kesel penat itu hilang dan Pudji mendapatkan uang Rp 200.000,- yang bisa dimasukkan ke tabungan untuk modal minggu berikutnya. Sorenya Pudji kedatangan si pemegang saham alias presiden direktur ZIDANE Corp. yaitu Cep Zidane yang ingin belanja mainan ke BSM, tungtungna mah meakkeun duit si Pudji Rp 750.000,- . Jadi si duaratus rebu nu tadina rek ditabung teh lenyap sempurna jeung kurang keneh 550 rebu kudu nginjeum ka BPR cap heheh.... Itulah lalakon si Pudji menjadi tukang jualan pinggir... eleh geuning ari keur budak mah sagala oge diberekeun nya.. Pudji Balistika Alumni SMPN2 ’76, Ketua Angkatan ‘76 Alumni SMAN2 ’80, Ketua Angkatan ‘80

Rabu, 28 Januari 2009

PROFIL PUDJI

“Playing bridge reflects intelligence. It’s one of the really great pleasures of life. Anybody who’s missing bridge is missing so much in life” (Bermain bridge merefleksikan intelejensi. Inilah salah satu kesenangan dalam hidup. Seseorang yang tidak mengenal bridge, akan kehilangan banyak dalam hidup) – Malcolm Forbes. Bridge dimainkan oleh semua lapisan masyarakat, baik tua maupun muda. Bridge juga dimainkan oleh tokoh-tokoh dunia seperti Bill Gates, Anatoly Karpov, Malcolm Forbes, Martina Navratilova, Omar Sharif dan masih banyak lagi yang lainnya. Konon olahraga ini di era ’70-an didominasi oleh pemain Manado dan telah mengukir prestasi dunia. Pudji Balistika, salah satu nama yang tidak asing lagi di dunia olahraga asah otak bridge di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu nama Pudji Balistika pada tahun 1984 dipercaya menjadi pengurus ESC, salah satu club bridge di kota Bandung anggota Gabsi yang kini alumninya sudah banyak yang menjadi pemain - pemain handal, baik di tingkat kota Bandung, hingga tingkat Nasional. Berbekal ilmu seadanya yang diperoleh semasa belajar di SMPN2 Bandung dan berlatih bersama pemain-pemain senior Jawa Barat seperti Kiki Hikmat, Beni J. Ibradi, Nurhalim, Wimpi S. Tjetjep (mantan Dirjen Geologi, staff ahli menteri keuangan di kabinet Presiden SBY, ketua GABSI – Gabungan Bridge Seluruh Indonesia), Johan Mamesah (pemilik PT. SIDOLA), serta peran dari Arief J. Mulyadi (anggota kehormatan ESC) telah memberinya hasil yang cukup menggembirakan. Bridge menjadi sebuah permainan yang indah karena setiap ada pertandingan di dalam negeri para pemain daerah seringkali harus bertemu dengan pemain-pemain kaliber dunia, dan team Indonesia selalu menempati posisi papan atas di pertandingan bridge internasional. Jejak prestasi alumni SMPN2 ini cukup disegani diantara berkibarnya nama-nama besar pemain bridge Indonesia seperti Denni Sakul, Hengki Lasut, Edi Manopo, Munawar Sawirudin. Tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam mimpi seorang pemain daerah seperti Pudji Balistika untuk masuk ke jajaran pemain bridge terbaik negeri ini. Mungkin berkat tekadnya yang pantang menyerah sehingga bisa mencapai hasil yang memuaskan. Prestasi yang pernah diraih langganan juara umum sirkuit bridge Jawa Barat: 1996: Juara VIII Kejurnas di Bali dan finalis ASEAN 2004: Juara III HUT PLN Cup se-Indonesia 2004: Juara VI ASEAN di Bandung 2004: Juara II PT. Posindo se-Indonesia 2005: Juara I PT. Posindo se-Indonesia 2006: Juara I .Gardea Cup di Jakarta 2008: Finalis PABF di Bandung (satu-satunya pasangan dari Indonesia di kejuaraan Asia Pasifik & Australia yang juaranya akan bertanding di kejuaraan dunia di Cina tahun 2008). Semua prestasi ini ditempuh selama +/- 25 tahun perjalanannya di dunia bridge. Saat ini bridge sudah banyak diminati oleh semua kalangan dan mulai dipertandingkan di tingkat sekolah, mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Sampai hari ini Jawa Barat masih menjadi barometer bridge di tanah air karena Jawa Barat saat ini berada di posisi runner up PON 2008. Kerja keras, pantang menyerah, dan selalu berdoa kepada Tuhan YME adalah prinsip yang dipegangnya dalam menjalankan hidup. Ditambah dengan rasa bangga dan kecintaannya terhadap anak semata wayang M. Zidane Balistika yang namanya selalu di pakai untuk menamai usahanya. Di samping itu beliau juga bergabung dengan teman-teman alumni SMPN2 Bandung membuat Resto&Cafe Roemah Nenek di Jl. Taman Cibeunying Selatan No. 47 Bandung, Resto&Villa ZICO di Jl. Kolonel Masturi No. 19 Parongpong – Lembang, menjual sate maranggi Cep Zidane di dekat lapangan gasibu setiap hari minggu, dan bersama Yusuv Suhyar – Ketua Harian IKA SMPN2 Bandung – menjual sate maranggi Cep Zidane di halaman rumah Yusuv Jl. Merdeka ex-Popeye Bandung. Sebagai ketua umum ESC – club yang telah membawanya sehingga menjadi pemain yang berpengalaman dan disegani di dunia bridge Indonesia – beliau mengajak teman-teman dan adik-adik alumni SMPN2 Bandung untuk bergabung di dunia bridge. Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari permainan bridge ini, diantaranya bisa memperluas pergaulan. Dengan bermain bridge beliau bisa bergabung dengan berbagai kalangan dan beberapa perusahaan handal di Indonesia, seperti PT. SIDOLA, PT. Pos Indonesia, Geologi, LIPI, PT. TELKOM. Bermain bridge juga bisa melatih kita untuk lebih komunikatif dan low profile. Selamat bergabung. Salam. Pudji Balistika Alumni SMPN2 ’76 -- Ketua Angkatan ‘76 Alumni SMAN2 ’80 – Ketua Angkatan ‘80